Kisah Inspiratif: Langkah Kecil Menuju Tanah Suci

Tentang doa yang tak pernah lelah, tabungan kecil, dan takdir yang datang tiba-tiba.

Di kampung kecil di pinggiran kota, hiduplah seorang pria sederhana bernama Pak Rahman. Usianya lima puluh dua; rambutnya memutih, telapak tangannya kasar karena tiap pagi mendorong gerobak sayur. Di dada yang tenang itu, ia menyimpan mimpi lama: suatu hari akan menatap Ka’bah, lalu berdoa tepat di hadapan Baitullah.

Tabungan Receh & Doa Panjang

Hidupnya pas-pasan. Namun setiap selesai Subuh, ia menyelipkan uang lima ribu—kadang sepuluh ribu—ke celengan kaleng bekas biskuit. “Sedikit demi sedikit, semoga Allah melihat usaha ini,” ujarnya pada istri. Ada yang menertawakan: “Mana bisa umroh dari uang receh?” Pak Rahman hanya tersenyum. Ia percaya, niat yang lurus akan menemukan jalannya.

Pintu yang Tiba-Tiba Terbuka

Awal 2025, seorang pelanggan setia memperhatikan kesabaran Pak Rahman. Suatu pagi, setelah membayar sayur, ia menatap Pak Rahman dengan hangat. “Pak, Agustus nanti ikutlah berangkat umroh bersama kami. Biayanya sudah saya tanggung, dan sudah saya daftarkan di Travel Umroh langganan. Anggap ini hadiah dari Allah.”

“Ya Allah… apakah ini mimpi? Saya benar-benar akan ke Tanah Suci?” — suaranya bergetar, dan air mata istrinya jatuh sebelum sempat diseka.

Langkah di Tanah Suci

Hari keberangkatan terasa seperti pagi paling cerah dalam hidupnya. Dengan ihram sederhana, Pak Rahman memasuki Masjidil Haram. Hiruk pikuk jamaah tak lagi berisik; yang ia dengar hanya detak jantung dan bisik doa yang memanjang.

Saat matanya pertama kali menatap Ka’bah, tubuhnya bergetar. Air mata pecah, seakan semua lelah—tahun-tahun menahan ingin, rupiah-rupiah yang disisihkan, senyum yang ditegakkan—luruh sekaligus.

“Inilah rumah-Mu, Ya Rabb… Betapa hamba yang hina ini Engkau panggil juga ke sini.”

Pulang dengan Hati yang Baru

Ia kembali ke kampungnya bukan sebagai orang yang berbeda rupa, tapi berbeda cara memandang. Ia tak lagi sibuk menghitung kekurangan, melainkan memperbanyak syukur atas kecukupan yang tak pernah habis. Ia tahu kini: doa tidak pernah sendirian—selalu ada langkah kecil yang menemaninya.

Jika hari ini mimpimu terasa jauh, lakukan seperti yang dilakukan Pak Rahman: sisihkan sedikit, berdoa banyak, dan berbaik sangka pada setiap pintu yang terbuka. Karena ketika Allah berkehendak, bahkan celengan kaleng pun bisa menjadi tiket menuju Tanah Suci.